Oleh Kharisma Intania Banyak yang masih bingung dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, bakat dan kemampuan setiap orang pasti berbeda-beda. Nah, tugas kita adalah menemukan bakat dan kemampuan yang kita miliki. Bakat adalah keahlian atau kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari keturunan ataupun berasal dari lahir. Bakat sendiri dipercaya sebagai hal yang paling disenangi oleh manusia karena bisa membantu manusia. Bakat erat hubungannya dengan pekerjan yang nantinya akan kita kerjakan, misalnya anda memiliki bakat bermain sepakbola, maka anda bisa menekuni sepak bola sebagai pekerjaan. Pun juga jika anda berbakat sebagai pelukis, anda bisa menjadi pelukis atau berprofesi sebagai designer. Kita sering bertanya kepada diri sendiri, apa sebenarnya bakat yang kita miliki, banyak orang merasa bosan dengan pekerjaan yang mereka kerjakan dan menganggap pekerjan yang mereka lakukan tidak sesuai bakat dan kemampuan. Meskipun, jika tidak di asah
Mengapa Gerhana Bulan Total Peristiwa Yang Langka dan Memiliki Keistimewaan 31 Januari
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Dwikorita Karnawati, Senin (29/1/2018), di Jakarta, mengingatkan bahwa
fenomena gerhana bulan langka akan terjadi pada 31 Januari. Proses gerhana ini akan dapat diamati dari Indonesia secara jelas.
Menurut Badan Antariksa AS (NASA), fenomena yang dinamai
sebagai ‘Super Blue Blood Moon’ itu disebut langka lantaran gerhana
bulan total terjadi bertepatan dengan fenomena ‘supermoon’ dan ‘blue
moon’.
‘Supermoon’, alias bulan super, merupakan keadaan bulan penuh ketika bulan berada dalam posisi terdekatnya dengan bumi.
Jika ‘supermoon’ terjadi, bulan hanya akan terpaut jarak
358.994 kilometer dari bumi, lebih dekat dari jarak rata-ratanya, yaitu
384.400 kilometer. Sedangkan, ‘blue moon’ adalah istilah yang digunakan untuk menandakan bulan purnama (full moon) kedua dalam sebulan ini.
Jadi, ‘Super Blue Blood Moon’ pada intinya adalah gerhana
bulan total yang terjadi saat bulan dalam posisi paling dekat dengan
bumi dan muncul secara penuh (purnama).
Terjadi Saat Supermoon
Posisi Bulan pada saat gerhana Bulan total 31 Januari 2018 akan
bertepatan pada momen ia mencapai titik perigee, atau jarak terdekat
dengan Bumi. Hal ini jelas akan membuat Bulan tampak lebih besar dan
lebih terang di langit malam.
Para astronom menyebutnya sebagai Bulan purnama perigee, namun tampaknya kini lebih akrab disebut sebagai Supermoon. Ya, gerhana Bulan total 31 Januari 2018 mendatang akan bertepatan dengan peristiwa Supermoon!
Supermoon 31 Januari 2018 akan membawa Bulan berada pada jarak sekitar 360.000 kilometer jauhnya dari Bumi. Hal itu akan membuat Bulan tampak dengan diameter sudut sebesar 33'09", cukup besar bila dibandingkan Bulan purnama yang terjadi pada biasanya.
Supermoon sendiri bisa terjadi karena jalur orbit Bulan saat mengelilingi Bumi tak melingkar sempurna, melainkan lonjong. Itu artinya, Bulan bisa saja berada ada jarak terdekat dan terjauh dengan Bumi. Bila itik terdekat Bulan dengan Bumi disebut perigee, maka titik terjauhnya disebut apogee.
Para astronom menyebutnya sebagai Bulan purnama perigee, namun tampaknya kini lebih akrab disebut sebagai Supermoon. Ya, gerhana Bulan total 31 Januari 2018 mendatang akan bertepatan dengan peristiwa Supermoon!
Supermoon 31 Januari 2018 akan membawa Bulan berada pada jarak sekitar 360.000 kilometer jauhnya dari Bumi. Hal itu akan membuat Bulan tampak dengan diameter sudut sebesar 33'09", cukup besar bila dibandingkan Bulan purnama yang terjadi pada biasanya.
Supermoon sendiri bisa terjadi karena jalur orbit Bulan saat mengelilingi Bumi tak melingkar sempurna, melainkan lonjong. Itu artinya, Bulan bisa saja berada ada jarak terdekat dan terjauh dengan Bumi. Bila itik terdekat Bulan dengan Bumi disebut perigee, maka titik terjauhnya disebut apogee.
Terjadi Saat "Blue Moon"
Bukan, Bulan tidak akan tampak berwarna biru. Blue Moon atau
Bulan Biru hanyalah istilah untuk menyebut Bulan purnama kedua yang
terjadi pada satu bulan kalender masehi. Pada Januari 2018 mendatang,
fase Bulan purnama akan terjadi dua kali, yang pertama tanggal 2
Januari, dan yang kedua pada 31 Januari.
Bulan purnama kedua tersebut bertepatan dengan peristiwa gerhana Bulan total! Secara astronomis, Bulan Biru terjadi pada pukul 20:27 WIB, saat puncak gerhana Bulan total terjadi.
Bulan purnama kedua tersebut bertepatan dengan peristiwa gerhana Bulan total! Secara astronomis, Bulan Biru terjadi pada pukul 20:27 WIB, saat puncak gerhana Bulan total terjadi.
Bulan Biru yang Semerah Darah
Alih-alih berwarna biru, pada puncak gerhana Bulan total terjadi justru
ia akan muncul dalam rona kemerahan, yang kadang disebut semerah darah.
Tapi, tahukah Anda mengapa gerhana Bulan total justru membuat Bulan
tampak merah? Bukankah seharusnya gelap karena cahaya Matahari yang
menyinarinya terhalang oleh Bumi kita?
Bumi memang menghalangi Bulan dari Matahari, tapi walaupun cahaya Matahari yang seharusnya menyiari Bulan telah tertutup oleh Bumi saat puncak gerhana total terjadi, ternyata atmosfer Bumi lah yang berperan dalam membiaskan cahaya merah dari Matahari, sehingga Bulan tidak tampak gelap total, melainkan merah.
Jika Bumi tidak memiliki atmosfer, maka saat Bulan berada sepenuhnya di dalam bayangan Bumi saat gerhana total terjadi, Bulan akan tampak gelap dan bahkan mungkin tak terlihat. Namun berkat atmosfer Bumi, kenampakan Bulan pun akan jauh lebih indah.
Atmosfer Bumi sendiri meluas sekitar 80 kilometer di atas permukaan Bumi. Selama gerhana Bulan total, saat Bulan masuk dalam bayangan umbra Bumi, ada lingkaran yang melingkar di sekitar Bumi bila kita melihatnya dari permukaan Bulan, yang tidak lain merupakan cincin atmosfer kita.
Bumi memang menghalangi Bulan dari Matahari, tapi walaupun cahaya Matahari yang seharusnya menyiari Bulan telah tertutup oleh Bumi saat puncak gerhana total terjadi, ternyata atmosfer Bumi lah yang berperan dalam membiaskan cahaya merah dari Matahari, sehingga Bulan tidak tampak gelap total, melainkan merah.
Jika Bumi tidak memiliki atmosfer, maka saat Bulan berada sepenuhnya di dalam bayangan Bumi saat gerhana total terjadi, Bulan akan tampak gelap dan bahkan mungkin tak terlihat. Namun berkat atmosfer Bumi, kenampakan Bulan pun akan jauh lebih indah.
Atmosfer Bumi sendiri meluas sekitar 80 kilometer di atas permukaan Bumi. Selama gerhana Bulan total, saat Bulan masuk dalam bayangan umbra Bumi, ada lingkaran yang melingkar di sekitar Bumi bila kita melihatnya dari permukaan Bulan, yang tidak lain merupakan cincin atmosfer kita.
Ilustrasi pemandangan Bumi dari Bulan (kiri) pada saat gerhana Bulan total (kanan). Kredit: AstroBob |
Sinar Matahari terdiri dari berbagai frekuensi. Saat sinar Matahari
menerobos atmosfer kita, cahaya berfrekuensi tinggi seperti hijau, biru,
dan ungu lebih mudah dihamburkan molekul atmosfer Bumi dibandingkan
cahaya berfrekuensi rendah seperti cahaya kuning, oranye dan merah.
Penghamburan cahaya berfrekuensi tinggi ini menyebabkan langit berwarna
biru di kala siang.
Dengan begitu, cahaya kuning, oranye, dan merah akan dengan mudah melewati atmosfer dengan jalur yang lurus dan hampir tidak akan memantul jika berinteraksi dengan molekul gas di atmosfer. Pembiasan atmosfer akan mengubah arah cahaya tersebut ke arah umbra Bumi, atau bayangan gelap Bumi.
Jika ada objek langit di umbra, seperti Bulan saat gerhana total misalnya, maka cahaya yang terbiaskan akan menyinari Bulan dan dipantulkan menuju sisi malam Bumi (lokasi pengamatan kita). Ketika kita mengamatinya, kita akan melihat warna merah pada Bulan.
Bagaimana? Apa yang lebih istimewa selain peristiwa gerhana Bulan total yang bertepatan dengan Supermoon dan Blue Moon sekaligus?
Dengan begitu, cahaya kuning, oranye, dan merah akan dengan mudah melewati atmosfer dengan jalur yang lurus dan hampir tidak akan memantul jika berinteraksi dengan molekul gas di atmosfer. Pembiasan atmosfer akan mengubah arah cahaya tersebut ke arah umbra Bumi, atau bayangan gelap Bumi.
Jika ada objek langit di umbra, seperti Bulan saat gerhana total misalnya, maka cahaya yang terbiaskan akan menyinari Bulan dan dipantulkan menuju sisi malam Bumi (lokasi pengamatan kita). Ketika kita mengamatinya, kita akan melihat warna merah pada Bulan.
Bagaimana? Apa yang lebih istimewa selain peristiwa gerhana Bulan total yang bertepatan dengan Supermoon dan Blue Moon sekaligus?
Sayangnya...
Sayangnya, Super-Red-Blue-Moon ini terjadi saat musim hujan
sedang berlangsung di Indonesia. Dengan begitu, pengamatan peristiwa
langka ini terancam terhalang awan atau bahkan lokasi pengamatan Anda
sedang diguyur hujan.
Lokasi pengamatan gerhana Bulan total 31 Januari 2017. Kredit: Dominic Ford, In-the-sky.org |
Dengan begitu, saran kami adalah, Anda bisa mempersiapkan diri untuk tur ke lokasi-lokasi dengan curah hujan yang rendah.
Nah, itulah ulasan tentang istimewanya gerhana tahun depan. Jangan sampai Anda melewatkannya, ya. Clear skies!
Nah, itulah ulasan tentang istimewanya gerhana tahun depan. Jangan sampai Anda melewatkannya, ya. Clear skies!
Kredit infografik: Riza/InfoAstronomy.org |
‘Super Blue Blood Moon’ merupakan sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sejak 150 tahun lalu. Jika dilihat dari Indonesia, secara keseluruhan, peristiwa
gerhana dari fase awal hingga akhir akan terjadi selama sekitar enam
jam, mulai pukul 17.00 WIB sampai 23.00 WIB. Saat bulan terbit dan berada pada fase purnama sekitar
pukul 20.30 WIB, 31 Januari 2018, gerhana bulan total akan berada pada
fase puncak.
Peristiwa tersebut akan berlangsung kurang lebih 77 menit,
di mana masyarakat di seluruh wilayah Indonesia akan melihat bulan
berubah warna menjadi merah. “Sebagaimana terlihat pada peta, keseluruhan proses gerhana
dapat diamati di Samudera Pasifik, serta bagian timur Asia, Indonesia,
Australia, dan barat laut Amerika,” kata Dwikorita.
Di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
seluruh provinsi Sumatera, fase gerhana mulai (P1) dan gerhana sebagian
mulai (U1) akan dapat terlihat jelas karena terjadi tepat di atas
wilayah-wilayah tersebut.
Gerhana bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya matahari oleh bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.
Sebelumnya, gerhana bulan total yang sama pernah terjadi 18 tahun lalu, tepatnya pada 21 Januari 2000. Gerhana serupa akan muncul lagi dalam jangka waktu yang sama di masa mendatang, yaitu 11 Februari 2036. (Space.com/The Hindu)
http://www.infoastronomy.org/2017/10/istimewanya-gerhana-bulan-total-31-januari-2018.html#ixzz55eFtGCDX
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/01/29/gerhana-bulan-total-31-januari-disebut-langka-ini-penjelasannya
Komentar
Posting Komentar