Oleh Kharisma Intania Banyak yang masih bingung dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, bakat dan kemampuan setiap orang pasti berbeda-beda. Nah, tugas kita adalah menemukan bakat dan kemampuan yang kita miliki. Bakat adalah keahlian atau kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari keturunan ataupun berasal dari lahir. Bakat sendiri dipercaya sebagai hal yang paling disenangi oleh manusia karena bisa membantu manusia. Bakat erat hubungannya dengan pekerjan yang nantinya akan kita kerjakan, misalnya anda memiliki bakat bermain sepakbola, maka anda bisa menekuni sepak bola sebagai pekerjaan. Pun juga jika anda berbakat sebagai pelukis, anda bisa menjadi pelukis atau berprofesi sebagai designer. Kita sering bertanya kepada diri sendiri, apa sebenarnya bakat yang kita miliki, banyak orang merasa bosan dengan pekerjaan yang mereka kerjakan dan menganggap pekerjan yang mereka lakukan tidak sesuai bakat dan kemampuan. Meskipun, jika tidak di asah
MAKALAH SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agresi
militer yang dilaksanakan oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1949 atas
ibukota Yogyakarta berdampak buruk pada stabilitas politik dan keamanan negara.
Presiden, wakil presiden, serta beberapa pejabat tinggi negara ditangkap.
Selain itu Tentara nasional Indonesia terpaksa keluar kota setelah markasnya
diduduki oleh Belanda. Selain itu, pemerintahan darurat dibentuk di Bukit
Tinggi dengan Syafrudin Prawiranegara sebagai pimpinan untuk mengambil alih
urusan pemerintahan.
Sebagai
satu-satunya pemimpin yang ada di Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX
mengambil alih kota Yogyakarta dan melakukan perjuangan. Sultan Hamengku Buwono
IX berinisiatif melakukan perlawanan yang dilancarkan dalam Serangan Umum 1
Maret 1949. Serangan Umum tersebut dirancang secara sistematis dengan
berkonsolidasi dengan Tentara Nasional Indonesia yang berada di luar kota.
Serangan
Umum 1 Maret 1949 dilaksanakan secara dadakan untuk mengejutkan musuh. Kota
Yogyakarta diserang dari segala penjuru, akibatnya ibukota Yogyakarta berhasil
dikuasai selama 6 jam. Selain itu serangan ini memberi dampak secara psikologis
dan politis dalam usaha mempertahankan Republik Indonesia.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasar
latar belakang di atas, didapatkan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah penyebab terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949?
2.
Bagaimana perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949?
3.
Bagaimana jalannya Serangan Umum 1 Maret 1949?
4.
Bagaimana dampak Serangan Umum 1 Maret 1949?
C.
TUJUAN
1.
Ingin mengetahui penyebab terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949.
2.
Ingin mengetahui jalannya Serangan Umum 1 Maret 1949.
3.
Ingin mengetahui dampak Seragan umum 1 Maret 1949.
PEMBAHASAN
A.
SEBAB TERJADINYA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Pada
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan serangan ke ibukota Yogyakarta
dalam Agresi Militer yang kedua. Serangan tersebut dilancarkan ke beberapa
objek vital seperti Istana Kepresidenan, markas Tentara Nasional Indonesia, dan
bandara Maguwo, serta sasaran utamanya adalah para pejabat tinggi Republik Indonesia.
Presiden Sukarno, Wakil Presiden Muhammad Hatta, dan beberapa menteri kabinet
ditangkap saat siding kabinet berlangsung dan kemudian diasingkan ke luar Jawa.
Penangkapan
pejabat tinggi negara mengakibatkan kekosongan pada sistem pemerintahan, namun
presiden Sukarno telah menunjuk pejabat untuk mengisi kekosongan tersebut
sebelum penangkapan berdasar hasil siding kabinet. Syafrudin Prawiranegara
ditunkuk untuk mendirikan pemerintahan darurat di Bukit Tinggi serta Sultan
Hamengku Buwono IX selaku Menteri Negara Koordinator Keamanan, mengambil alih
pemerintahan di ibukota Yogyakarta Hal ini bertujuan untuk menjaga tegaknya
Republik Indonesia dan melakukan perjuangan secara diplomasi.
Selain
itu, Jenderal Sudirman dan tentara yang markasnya telah dikuasai oleh militer
Belanda memilih untuk keluar Yogyakarta. Jenderal Sudirman terus memantau
kondisi kota Yogyakarta dari luar serta melakukan perlawanan terhadap Belanda
dengan perang gerilya. Bukan hanya itu saja, Jenderal Sudirman tetap
berkonsolidasi dengan pejabat di ibukota Yogyakarta melalui kurir-kurir.
Kondisi
Negara yang kacau ini dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk memperluas
hegemoninya pada dunia Internasional. Belanda menganggap Pemerintahan Republik
telah hilang semenjak Soekarno-Hatta diasingkan, Tentara Nasional Indonesia
lemah dan tidak dapat menjaga stabilitas keamanan, dan kemiskinan yang cukup
parah mengakibatkan pemerintah dianggap gagal mengelola Negara ( Sumiyati 2001:
2). Belanda menginginkan agar pihak luar negeri tidak menghiraukan Republik
Indonesia.
Berita
perkembangan upaya diplomasi di luar negeri terus disaksikan oleh para pejuang
dari dalam negeri. Salah satunya adalah berita mengenai sidang Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan diadakan pada akhir Februari 1949 yang
didengarkan oleh Sultan Hamengku Buwono IX lewat radio dalam keraton
Yogyakarta.
Sebagai
satu-satunya pemimpin di Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX menyadari bahwa
semangat prajurit dan rakyat kian merosot. Sultan Hamengku Buwono IX
berinisiatif untuk melakukan serangan besar-besaran kepada Belanda untuk
membangkitkan moral tentara dan rakyat yang dilancarkan sebelum dilaksanakannya
sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal tersebut sekaligus
menjadi momentum untuk menopang perjuangan diplomasi ( Sumiyati 2001: 4).
B.
PERENCANAAAN SERANGAN
Sultan
Hamengku Buwono IX segera mengirimkan kurir untuk menghubungi Jenderal Sudirman
di luar kota. Tujuan utamanya meminta persetujuan untuk melaksanakan serangan,
serta menghubungi komandan gerilya ( Roem 1982: 79). Peranan kurir sangat
penting kala itu, mengingat ruang gerak Sultan Hamengku Buwono yang dibatasi
oleh Belanda.
Setelah
mendapat persetujuan Jenderal sudirman, mulailah koordinasi antara Sultan
Hamengku Buwono IX dan Letkol Suharto. Koordinasi ini masih menggunakan jasa
kurir. Sri Sultan hamengku Buwono IX mengundang Letkol Suharto untuk bertemu
langsung di Keraton Yogyakarta tanggal 13 Februari 1949.
Para
tentara membuat pengamanan untuk melindungi Letkol Suharto hingga bertemu
dengan Sultan Hamengku Buwono IX. Hal tersebut dilakukan dengan membuat
pengamanan Pagar Betis. Letkol Suharto diperkenankan memakai pakaian abdi dalem
sebelum bertemu Sultan Hamengku Buwono IX agar dapat menyelinap masuk dan tidak
dicurigai musuh. Pertemuan tersebut berlangsung pada tengah malam serta
membahas rencana serangan dan menanyakan kesanggupan Letkol Suharto untuk
mempersiapkan serangan dalam waktu dua minggu.
C.
JALANNYA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Menjelang
Serangan Umum 1 Maret 1949, pasukan Tentara Nasional Indonesia memasuki kota
Yogyakarta. Pasukan tersebut tergabung dakam SWK Kota yang dipimpin oleh Letnan
Amir Murtopo dan Letnan Marsoedi. SWK Kota mempersiapkan sarana dan prasarana
yang akan digunakan saat penyerangan. Pada malam sebelum serangan, para
gerilyawan banyak berdatangan ke Yogyakarta. Para gerilyawan menyelinap ke
rumah-rumah penduduk.
Pukul
06.00 tanggal 1 Maret 1949 tepat pada saat sirine berbunyi sebagai tanda
berakhirnya jam malam, serangan umum dimulai. Pertempuran terjadi di seluruh penjuru
kota. Pos-pos Belanda di Tugu, Gondolayu, Komando Keamanan Kota, Benteng
Vredenburg, Ngupasan Timuran diserbu secara serentak. Hal ini mengejutkan
tentara Belanda karena serangan yang mendadak.
Pasukan
Belanda terkepung dalam markas pertahanan dan hanya dapat meminta bantuan
pasukan dari Magelang dan Semarang melalui pesawat intai Auster/Capy. Kolonel
Zanten, Komandan Brigade Belanda wilayah Magelang mengirim Batalyon KNIL yang
paling tangguh( Sumiyati 2001: 36). Bala bantuan berangkat dari Magelang pukul
11.00. Atas saran dari Sultan hamengku Buwono IX Serangan Umum 1 Maret 1949
hanya dilancarkan sampai dengan pukul 12.00. Sultan Hamengku Buwono IX
mempertimbangkan pasukan bantuan Belanda yang didatangkan dari luar Yogyakarta
serta menghindari jumlah korban yang lebih banyak.
D.
DAMPAK SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Serangan
Umum 1 Maret 1949 memberi dampak besar bagi Republik Indonesia. Penyerangan
yang mendadak dan serentak dilakukan dari segala penjuru kota memalukan pasukan
Belanda, karena pasukan Belanda hanya dapat bertahan di markas-markas. Hal
tersebut sekaligus membantah pernyataan Belanda bahwa Republik Indonesia dan
Tentara Nasional Indonesia telah hancur.
Hal
yang tak kalah penting dari Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah dampak psikologis
dan politis yang ditimbulkan. Serangan tersebut mampu menaikkan semangat rakyat
dan prajurit yang tekah merosot semenjak Agresi Militer Belanda kedua. Secara
politis banyak bangsa-bangsa yang bersimpatik terhadap kasus Indonesia di PBB,
sehingga membantu proses diplomasi.
Atas
inisiatif UNCI, pada tanggal 4 April 1949 diadakan perundingan antara Republik
Indonesia-Belanda yang dilaksanakan di Jakarta. Delegasi Belanda dipimpin oleh
Dr. J.H Van Royen, delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Mohamad Roem, sedangkan
pemimpin pertemuan adalah Mark Cochran (wakil Amerika Serikat di PBB).
Perundingan tersebut terkenal dengan perundingan Roem-Royen.
Perundingan
Roem-Royen mendorong Belanda untuk menyetujui Republik Indonesia sebagai negara
dan membebaskan pemimpin-pemimpin republik Indonesia yang ditangkap pada Agresi
Militer kedua. Berdasar hasil perundingan tersebut, akan diadakan perundingan
tingkat lanjut, yakni Konferensi meja Bundar. Selain itu, kota Yogyakarta
kembali ke Republik Indonesia dan diikuti kedatangan Presiden Sukarno, Wakil
Presiden Muhammad Hatta, para menteri cabinet, dan Jenderal Sudirman yang
kembali dari medan gerilya.
PENUTUP
A.SIMPULAN
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang serentak dan mendadak yang dilakukan para Tentara Nasional Indonesia bersama rakyat untuk menyerang pos-pos pertahanan Belanda di Yogyakarta. Pasukan Belanda hanya bertahan pada markas. Dalam serangan tersebut kota Yogyakarta berhasil dikuasai selama 6 jam.
Serangan
umum 1 Maret 1949 menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih tegak dan Tentara
Nasional Indonesia masih ada. Selain itu, serangan tersebut mampu menaikkan
semangat prajurit dan rakyat Indonesia. Serangan Umum 1 Maret 1949 juga
mendorong perundingan antara Indonesia dan Belanda.
B.
SARAN
Penyusun
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum dapat dikatakan sempurna
karena masih terdapat kekurangan-kekurangan. Berikut ini saran untuk penulisan
makalah yang sama di masa mendatang ;
1.
Perbanyaklah sumber-sumber yang mendukung penulisan materi.
2.
Kajilah lebih detail tema yang akan dibahas.
3.
Gunakan sumber referensi yang memiliki objektifitas tinggi.
4.
Korelasikan antara fakta sejarah dengan rumor yang beredar pada masyarakat.
Demikian
yang dapat penyusun sampaikan. Semoga saran tersebut berguna untuk penyusunan
makalah yang sama di masa mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Roem, Mohamad. 1982. Tahta Untuk
Rakyat. Jakarta: Gramedia
Sumiyati, Sri Endang. 2001.
Pelurusan Sejarah Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Yogyakarta: Media Pressindo
http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1785 Diakses pada tanggal 1 Desember 2010
Komentar
Posting Komentar