Oleh Kharisma Intania Banyak yang masih bingung dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, bakat dan kemampuan setiap orang pasti berbeda-beda. Nah, tugas kita adalah menemukan bakat dan kemampuan yang kita miliki. Bakat adalah keahlian atau kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari keturunan ataupun berasal dari lahir. Bakat sendiri dipercaya sebagai hal yang paling disenangi oleh manusia karena bisa membantu manusia. Bakat erat hubungannya dengan pekerjan yang nantinya akan kita kerjakan, misalnya anda memiliki bakat bermain sepakbola, maka anda bisa menekuni sepak bola sebagai pekerjaan. Pun juga jika anda berbakat sebagai pelukis, anda bisa menjadi pelukis atau berprofesi sebagai designer. Kita sering bertanya kepada diri sendiri, apa sebenarnya bakat yang kita miliki, banyak orang merasa bosan dengan pekerjaan yang mereka kerjakan dan menganggap pekerjan yang mereka lakukan tidak sesuai bakat dan kemampuan. Meskipun, jika tidak di asah
Kekerasan terhadap anak, justru dilakukan oleh orang yang dekat
dengan anak, baik orang tua maupun gurunya sendiri. Tidak dapat
dipungkiri, kepedulian masyarakat terhadap kekerasan pada anak masih
sangat kurang. Bahkan, kita sering mendengar dan melihat sendiri
kekerasan pada anak yang terjadi di dekat kita, namun sering kita
abaikan.
Sikap acuh tersebut lah yang selama ini menjadi penyebab
terjadinya kasus kekerasan kepada anak, hingga menyebabkan kematian.
Tindakan pembiaran dari masyarakat sekitar, seolah menjadikan pelaku
semakin leluasa melakukan tindak kekerasan pada anak.
Jangan takut
dan ragu untuk membela anak korban kekerasan, lakukan 5 hal ini ketika
kekerasan terhadap anak terjadi di sekitarmu, agar tidak berakibat
fatal.
1. Tanyakan kepada pelaku, apa penyebab dia melakukan kekerasan pada anak.
Dengan
bertanya penyebab pelaku melakukan kekerasan, kita akan tahu langkah
apa yang harus kita lakukan. Memberi saran terlebih dahulu ketika pelaku
menanggapi pertanyaan dan lebih fokus kepada kita, atau langsung
menyelamatkan korban ketika pelaku tidak bergeming akan kehadiran kita
dan semakin menyakiti korban.
2. Memberi saran yang bijak
Ketika pelaku fokus pada kehadiran kita, berilah saran bahwa
kekerasan pada anak bukan solusi yang tepat untuk semua masalah karena
akan berdampak fatal pada anak. Bukan hanya tersakiti secara fisik,
tetapi sakit secara mental akan membekas hingga dia dewasa dan bersifat
permanen.
Selain itu, kita juga harus memberi tahu bahwa perbuatan
tersebut melanggar undang-undang perlindungan anak yang akan dikenai
sanksi hukum yang berlaku. Meskipun pelaku mungkin sudah tahu tentang
akibat tersebut, tak ada salahnya kita mengingatkan lagi untuk memberi
efek jera kepada pelaku.
3. Berbicara kepada anak korban kekerasan tersebut dengan kalimat menenangkan
Dengan
berbicara kepada anak dengan kalimat yang menenangkan pada saat itu
juga, risiko trauma yang akan dialami anak akan berkurang. Kenangan
menyakitkan yang dialami anak pada hari itu akan berganti dengan ingatan
tentang kata-katamu yang bersifat menenangkan tersebut.
4. Membuat mereka berdamai
Ketika
pelaku mulai menyadari kesalahannya, mintalah dia meminta maaf atau
mengajak anak berbicara. Ketika anak mau menerima atau menanggapi pelaku
yang meminta maaf atau mengajak bicara, ketakutan anak untuk bergaul
dengan pelaku, yang merupakan keluarganya sendiri akan berkurang.
Selain
itu, anak tidak akan meniru perilaku kekerasan tersebut ketika dewasa.
Disadari atau tidak, yang sering terjadi, pelaku kekerasan adalah orang
yang dulu pernah menerima perlakuan serupa. Sehingga, kekerasan yang dia
lakukan merupakan bentuk balas dendam akan sakit yang pernah dia terima
sewaktu kecil.
5. Menyelamatkan anak dan menjauhkannya dari pelaku
Ketika
pelaku tak menanggapi pertanyaan dan kehadiranmu, dan tetap melanjutkan
perlakuan kasarnya terhadap anak, pilihan terbaik adalah menyelamatkan
anak dan menjauhkannya dari pelaku, kalau perlu kita bisa meminta tolong
pada orang lain di sekitar kita, bahkan kepada pihak berwenang jika
kekerasan tersebut tetap berlanjut.
Masalah kekerasan terhadap
anak tidak dapat dituntaskan tanpa peran serta seluruh elemen
masyarakat, termasuk kita, generasi millennial yang cerdas dan punya
kepedulian sosial yang tinggi.
Sehingga jangan ragu dan tetap
berani melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, sekalipun kamu
sangat amat takut untuk melakukannya.
Apa yg seharusnya saya lakukan kalau saya menyaksikan kekerasan yg
dilakukan oleh seseorang (bisa pria atau perempuan) thdp anak/pasangan
di ruang publik (tempat parkir, jalanan, dan tempat lainnya yg bisa
diakses secara umum)? Bagaimana dengan pilihan-pilihan di bawah ini?
- Saya menghampiri dan melerai. Untuk opsi ini saya kurang yakin cukup solutif, dan berpotensi memperkeruh keadaan. Bisa saja pelaku cuek, pergi dan melanjutkan aksinya di tempat lain ataupun di kemudian hari thdp korban.
- Saya telpon kantor polisi daerah setempat. Pada opsi ini, bagaimana dengan kemungkinan besar telatnya polisi sampai ke lokasi dan menindak pelaku? Itupun kalau laporan saya berhasil mendapat perhatian. Apakah kasus kekerasan sperti ini masuk delik aduan atau delik laporan? Karena saya tidak kenal dgn org2 yg terlibat.
- Saya lapor ke komnas HAM atau Komnas Anak. Ke nomor telepon yg mana saya bisa melapor dan bagaimana saya harus membuat laporan? Apa dgn mengajak korban yg tidak saya kenal tsb ke kantor komnas?
Komentar
Posting Komentar